Jakarta- Di dunia maya sedang heboh pengemudi Gojek yang ramai menjadi perbincangan. Pasalnya, pengojek yang diketahui bernama Eugenie Patricia mempunyai paras cantik. Bahkan kecantikan si 'tukang ojek' cantik itu sampai dibuatkan meme yang beredar di Path, Twitter dan Facebook.
Dari informasi yang dihimpun dari akun Instagram dan Twitter miliknya yang beralamat @eugeniepatricia, wanita ini adalah seorang pengusaha puding terkenal di Jakarta dan katanya masih tercatat sebagai mahasiswi.
Benarkah Patricia Eugene adalah pengemudi Gojek?
"Saya sudah cek, memang dia driver Gojek.
Dalam catatan kami, ada ratusan pengemudi ojek wanita yang bergabung dengan Gojek, bahkan tak sedikit yang merupakan single parent," kata CEO dan Co-Founder Gojek, Nadiem Makarim, Kamis (6/8).
Dalam catatan kami, ada ratusan pengemudi ojek wanita yang bergabung dengan Gojek, bahkan tak sedikit yang merupakan single parent," kata CEO dan Co-Founder Gojek, Nadiem Makarim, Kamis (6/8).
Nadiem yang tampak sedikit tak percaya awalnya memang pada akhirnya salut kepada wanita dan bergabung dengan Gojek sebagai driver. Dia menyangkal bahwa Eugine Patricia merupakan brand ambassador dari Gojek.
Pria lulusan Harvard of University mengatakan bahwa Gojek tak mempunyai orang khusus yang ditunjuk sebagai brand ambassador Gojek, bagi dia customer-nya adalah duta Gojek.
"Justru Gojek lebih sedikt berpromosi, ketimbang dari customer itu sendiri. Promosi yang macam-macam itu sangat membantu, tapi promosi dari mulut ke mulut," tambahnya.
Namun saat dihubungi di kesempatan terpisah, Eugenie Patricia membantah pernyataan Nadiem. Ia menegaskan dirinya bukan pengemudi Gojek dan saat ini berwirausaha di bidang kuliner.
Sementara itu menurut pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, bahwa kehadiran Gojek sudah sangat tepat, dan kini menjadi persoalan besar yang menjadi pekerjaan rumah datang dari pemerintah pusat.
Joga mengatakan,"Bahwa saat ini perlu ada transportasi yang terintgritas seperti MRT, Busway, LRT dan lainnya. Dan Gojek ini datang sebagai pengumpang ke transportasi massal tersebut."
Gojek yang dikenal sebagai ada ride-sharing, seharusnya juga diperkenalkanback-sharing. Bila Gojek menjadi solusi untuk perjalanan 30 menit, maka back-sharing masuk dari perjalanan 15 menit.
"Pada akhirnya menguntungkan semua pihak. Ini solusi untuk anak muda, bisa menyebar ke luar kota. Di luar Jawa, seperti Medan dan Makassar pasti mulai meniru kemacetannya. kalau tidak diatur transisinya tanpa harus terganggu," tandas Joga.
0 komentar:
Posting Komentar